Ali Bin Abi Thalib Biografi
Ali Bin Abi Thalib
salah satu tokoh dunia, lahir di Mekkah diperkirakan sekitar tahun 599
masehi. Sahabat dekat nabi, menantu Rasulluloh, juga family Rosul dalam
garis keturunan abdul Muthalib. Ali juga satu dari 4 khulafaurasyidin
(Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali) yang berperan sebagai pembela nabi,
penyebar ajaran Islam dan khalifah Islamiyah sepeninggal Rosululoh SAW.
Nama asli Imam Ali adalah Haydar
bin Abu Thalib, putra dari paman Nabi Muhammad SAW. Ibunya bernama
Fatimah binti Asad, sedangkan Asad anak dari Hasyim Jadi menjadikan Imam
Ali adalah keturunan Hasyim dari garis bapak. Haydar berarti Singa
adalah sebuah cita-cita yang diingin abu Thalib kelak Imam Ali akan
menjadi petarung sejati di kalangan suku-suku Quraisy. Dikemudian hari
Ali memang tumbuh menjadi petarung sejati, tokoh yang disegani suku
Quraisy dan panglima perang yang tak kenal rasa takut. Beliau
dedikasikan seluruh jiwa,raga dan hidupnya untuk membela, mengembangkan
ajaran Islam yang dibawa Rosulluloh Muhammad SAW. Nama Ali adalah
pemberian Nabi SAW yang berarti tinggi derajatnya di sisi Alloh SWT.
Ali kemudian dijadikan anak
angkat Nabi SAW karena pernikahan beliau dengan Siti Khadijah tidak
dikaruniai anak laki-laki sekaligus sebagai wujud terimakasih Nabi SAW
kepada pamannya Abu Thalib yang juga pernah mengasuhnya waktu kecil.
Konsistensi dan totalitas Ali dalam mendukung dakwah nabi terlihat dari
sikapnya sebagai orang yang pertama kali mempercayai wahyu-wahyu Alloh
yang diturunkan kepada Nabi SAW. Saat itu usia Ali baru sekitar 10
tahun. Sikap seperti ini sungguh sulit pada masa itu mengingat sudut
pandang, pemikiran, dan pengetahuan suku Quraisy yang masih dalam masa
kegelapan (jahiliyah). Sikap yang diambil Ali juga bukan tanpa resiko.
Cercaan, hinaan bahkan ancaman nyawa selalu mengintai.
Nabi SAW adalah mentor dan guru
Imam Ali karena beliau sekaligus menjadi pengasuhnya. Ali memiliki
ikatan emosi dan menjadi orang terdekat Nabi SAW hingga akhirnya pada
usia dewasa dijadikan menanti Nabi dengan mempersunting Fatimah Al
Zahra. Ini terjadi setelah Nabi SAW hijrah ke Madinah. Nabi menimbang
Ali yang paling tepat dalam banyak hal seperti Nasab keluarga (Bani
Hasyim), Sekaligus orang yang pertama kali mempercayai kenabian Muhammad
setelah Khadijah. Selain itu Nabi jelas memahami seluk beluk
kebribadian, watak dan karakter Ali.
Sebagian besar ulama sufi (Ahli
Tasawuf) menganggap Nabi telah menurunkan pengetahuan dan gemblengan
ruhani berupa tasawuf secara khusus hanya diberikan kepada imam Ali. Ini
dengan asumsi bahwa untuk ilmu syariat, fiqih, tauhid, dan seputar
ibadah memang harus disampaikan secara luas kepada semua orang. Namun
untuk ilmu tasawuf hanya diberikan kepada orang-orang istimewa (dalam
keimanan dan ilmunya) mengingat tasawuf adalah tataran tertinggi dalam
hubungan antara manusia dengan sang pencipta. Gemblengan secara langsung
dari nabi SAW, menjadikan Ali seorang pemimpin yang komplit. Cerdas,
Berani, Bijaksana dan berpengetahuan luas.
Keberanian Ali terlihat dari
kesediannya tidur di kamar Nabi untuk mengecoh orang-orang Quraisy yang
berencana membunuh Nabi dan menggagalkan hijrah Nabi . Sku Quraisy pun
terkecoh ketika menjelasng subuh ternyata sosok yang tidur di kamar Nabi
SAW adalah Ali. Sementara Nabi SAW sudah berangkat menuju Madinah
bersama Abu Bakar Syidiq.
Keberanian Ali juga terlihat
dari perannya sebagai panglima perang bagi kaum muslimin pada saat
berusia 25 tahun. Dalam perang Badar (perang pertama dalam sejarah
Islam) Ali dan Hamzah (paman nabi) menjadi pahlawan. Pedang Ali
meluluhlantakkan barisan suku Quraisy sehingga perang ini akhirnya
dimenangkan kaum muslimin Perang Khandaq juga saksi nyata keberanian Ali
bin Abi Thalib ketika memerangi Amar bin Abdi Wud . Dengan satu tebasan
pedangnya yang bernama dzulfikar, Amar bin Abdi Wud terbelah menjadi
dua bagian. Setelah Perjanjian Hudaibiyah yang memuat perjanjian
perdamaian antara kaum Muslimin dengan Yahudi, dikemudian hari Yahudi
mengkhianati perjanjian tersebut sehingga pecah perang melawan Yahudi
yang bertahan di Benteng Khaibar yang sangat kokoh, biasa disebut dengan
perang Khaibar. Ali bin Abi Thalib adalah orang yang mampu
menghancurkan benteng Khaibar dan berhasil membunuh Marhab lalu
menebasnya dengan sekali pukul hingga terbelah menjadi dua bagian. Semua
peperangan Nabi menghadapi kaum kafir selalu diikuti Ali. Dan ia
menjadi bagian penting dari setiap peperangan tersebut.
Menjadi khalifah
Peristiwa pembunuhan terhadap
Khalifah Utsman bin Affan mengakibatkan kegentingan di seluruh dunia
Islam yang waktu itu sudah membentang sampai ke Persia dan Afrika Utara.
Pemberontak yang waktu itu menguasai Madinah tidak mempunyai pilihan
lain selain Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah, waktu itu Ali berusaha
menolak, tetapi Zubair bin Awwam dan Talhah bin Ubaidillah memaksa
beliau, sehingga akhirnya Ali menerima bai'at mereka. Menjadikan Ali
satu-satunya Khalifah yang dibai'at secara massal, karena khalifah
sebelumnya dipilih melalui cara yang berbeda-beda.
Sebagai Khalifah ke-4 yang
memerintah selama sekitar 5 tahun. Masa pemerintahannya mewarisi
kekacauan yang terjadi saat masa pemerintah Khalifah sebelumnya, Utsman
bin Affan. Untuk pertama kalinya perang saudara antara umat Muslim
terjadi saat masa pemerintahannya, Perang Jamal. 20.000 pasukan pimpinan
Ali melawan 30.000 pasukan pimpinan Zubair bin Awwam, Talhah bin
Ubaidillah, dan Ummul mu'minin Aisyah binti Abu Bakar, janda Rasulullah.
Perang tersebut dimenangkan oleh pihak Ali.
Peristiwa pembunuhan Khalifah
Utsman bin Affan yang menurut berbagai kalangan waktu itu kurang dapat
diselesaikan karena fitnah yang sudah terlanjur meluas dan sudah
diisyaratkan (akan terjadi) oleh Nabi Muhammad SAW ketika beliau masih
hidup, dan diperparah oleh hasutan-hasutan para pembangkang yang ada
sejak zaman Utsman bin Affan, menyebabkan perpecahan di kalangan kaum
muslim sehingga menyebabkan perang tersebut. Tidak hanya selesai di
situ, konflik berkepanjangan terjadi hingga akhir pemerintahannya.
Perang Shiffin yang melemahkan kekhalifannya juga berawal dari masalah
tersebut.
Ali bin Abi Thalib, seseorang
yang memiliki kecakapan dalam bidang militer dan strategi perang,
mengalami kesulitan dalam administrasi negara karena kekacauan luar
biasa yang ditinggalkan pemerintahan sebelumya. Ia meninggal di usia 63
tahun karena pembunuhan oleh Abdrrahman bin Muljam, seseorang yang
berasal dari golongan Khawarij (pembangkang) saat mengimami salat subuh
di masjid Kufah, pada tanggal 19 Ramadhan, dan Ali menghembuskan nafas
terakhirnya pada tanggal 21 Ramadhan tahun 40 Hijriyah. Ali dikuburkan
secara rahasia di Najaf.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar