Selasa, 06 November 2012

Sahabat rasul

Utsman bin Affan Biografi


Utsman bin AffanUtsman bin Affan adalah sahabat nabi dan juga khalifah ketiga dalam Khulafaur Rasyidin. Beliau dikenal sebagai pedagang kaya raya dan ekonom yang handal namun sangat dermawan. Banyak bantuan ekonomi yang diberikannya kepada umat Islam di awal dakwah Islam. Ia mendapat julukan Dzunnurain yang berarti yang memiliki dua cahaya. Julukan ini didapat karena Utsman telah menikahi puteri kedua dan ketiga dari Rasullah Saw yaitu Ruqayah dan Ummu Kaltsum.

Usman bin Affan lahir pada 574 Masehi dari golongan Bani Umayyah. Nama ibu beliau adalah Arwa binti Kuriz bin Rabiah. Beliau masuk Islam atas ajakan Abu Bakar dan termasuk golongan Assabiqunal Awwalun (golongan yang pertama-tama masuk Islam). Rasulullah Saw sendiri menggambarkan Utsman bin Affan sebagai pribadi yang paling jujur dan rendah hati diantara kaum muslimin. Diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa Aisyah bertanya kepada Rasulullah Saw, ‘Abu Bakar masuk tapi engkau biasa saja dan tidak memberi perhatian khusus, lalu Umar masuk engkau pun biasa saja dan tidak memberi perhatian khusus. Akan tetapi ketika Utsman masuk engkau terus duduk dan membetulkan pakaian, mengapa?’ Rasullullah menjawab, “Apakah aku tidak malu terhadap orang yang malaikat saja malu kepadanya?”

Pada saat seruan hijrah pertama oleh Rasullullah Saw ke Habbasyiah karena meningkatnya tekanan kaum Quraisy terhadap umat Islam, Utsman bersama istri dan kaum muslimin lainnya memenuhi seruan tersebut dan hijrah ke Habbasyiah hingga tekanan dari kaum Quraisy reda. Tak lama tinggal di Mekah, Utsman mengikuti Nabi Muhammad Saw untuk hijrah ke Madinah. Pada peristiwa Hudaibiyah, Utsman dikirim oleh Rasullah untuk menemui Abu Sofyan di Mekkah. Utsman diperintahkan Nabi untuk menegaskan bahwa rombongan dari Madinah hanya akan beribadah di Ka’bah, lalu segera kembali ke Madinah, bukan untuk memerangi penduduk Mekkah.

Pada saat Perang Dzatirriqa dan Perang Ghatfahan berkecamuk, dimana Rasullullah Saw memimpin perang, Utsman dipercaya menjabat walikota Madinah. Saat Perang Tabuk, Utsman mendermakan 1000 1000 ekor unta dan 70 ekor kuda, ditambah 1000 dirham sumbangan pribadi untuk perang Tabuk, nilainya sama dengan sepertiga biaya perang tersebut. Utsman bin Affan juga menunjukkan kedermawanannya tatkala membeli sumur yang jernih airnya dari seorang Yahudi seharga 200.000 dirham yang kira-kira sama dengan dua setengah kg emas pada waktu itu. Sumur itu beliau wakafkan untuk kepentingan rakyat umum. Pada masa pemerintahan Abu Bakar, Utsman juga pernah memberikan gandum yang diangkut dengan 1000 unta untuk membantu kaum miskin yang menderita di musim kering.

Setelah wafatnya Umar bin Khatab sebagai khalifah kedua, diadakanlah musyawarah untuk memilik khalifah selanjutnya. Ada enam orang kandidat khalifah yang diusulkan yaitu Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Abdurahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah. Selanjutnya Abdurrahman bin Auff, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah mengundurkan diri hingga hanya Utsman dan Ali yang tertinggal. Suara masyarakat pada saat itu cenderung memilih Utsman menjadi khalifah ketiga. Maka diangkatlah Utsman yang berumur 70 tahun menjadi khalifah ketiga dan yang tertua, serta yang pertama dipilih dari beberapa calon. Peristiwa ini terjadi pada bulan Muharram 24 H. Utsman menjadi khalifah di saat pemerintah Islam telah betul-betul mapan dan terstruktur.
Beliau adalah khalifah kali pertama yang melakukan perluasan masjid al-Haram (Mekkah) dan masjid Nabawi (Madinah) karena semakin ramai umat Islam yang menjalankan rukun Islam kelima (haji). Beliau mencetuskan ide polisi keamanan bagi rakyatnya; membuat bangunan khusus untuk mahkamah dan mengadili perkara yang sebelumnya dilakukan di masjid; membangun pertanian, menaklukan Syiria, Afrika Utara, Persia, Khurasan, Palestina, Siprus, Rodhes, dan juga membentuk angkatan laut yang kuat. Jasanya yang paling besar adalah saat mengeluarkan kebijakan untuk mengumpulkan Al-Quran dalam satu mushaf.

Selama masa jabatannya, Utsman banyak mengganti gubernur wilayah yang tidak cocok atau kurang cakap dan menggantikaannya dengan orang-orang yang lebih kredibel. Namun hal ini banyak membuat sakit hati pejabat yang diturunkan sehingga mereka bersekongkol untuk membunuh khalifah. Khalifah Utsman kemudian dikepung oleh pemberontak selama 40 hari dimulai dari bulan Ramadhan hingga Dzulhijah. Meski Utsman mempunyai kekuatan untuk menyingkirkan pemberontak, namun ia berprinsip untuk tidak menumpahkan darah umat Islam. Utsman akhirnya wafat sebagai syahid pada hari Jumat tanggal 17 Dzulhijah 35 H ketika para pemberontak berhasil memasuki rumahnya dan membunuh Utsman saat sedang membaca Al-Quran. Persis seperti apa yang disampaikan Rasullullah Saw perihal kematian Utsman yang syahid nantinya. Beliau dimakamkan di kuburan Baqi di Madinah.

Pahlawan Nasional

WR Supratman Biografi


WR SupratmanWR Supratman terkenal sebagai seorang komposer dan pencipta lagu kebangsaan Indonesia Raya. Beliau lahir di Jakarta 9 Maret 1903, meninggal di Surabaya 17 Agustus 1938, dimakamkan di Surabaya. Ayahnya bernama Senen, sersan di Batalyon VIII. Saudara Soepratman berjumlah enam, laki satu, lainnya perempuan. Sebagai seorang anak bintara KNIL WR Supratman kerap berpindah-pindah tempat tinggal . Beliau menyelesaikan Sekolah Dasar di Jakartadan meneruskan pendidikan ke Normal School Makassar hingga tamat. Setelah itu pindah ke Bandung setelah sebelumnya sempat bekerja sebagai guru sekolah dasar di Makassar.

Di Bandung beliau bekerja sebagai wartawan dan sejak itu ikut aktif dalam pergerakan nasional. Kebenciannya terhadap Belanda pernah ia tuangkan dalam sebuah bukunya yang berjudul perawan desa. Namun buku tersebut dilarang beredar serta di sita Belanda.

WR. Supratman memiliki kepandaian bermain biola. Tahun 1924 inspirasinya muncul untuk menciptakan lagu kebangsaan setelah ia membaca sebuah artikel di majalah “timbul”. Sewaktu tinggal di Makassar, Soepratman memperoleh pelajaran musik dari kakak iparnya yaitu Willem van Eldik, sehingga pandai bermain biola dan kemudian bisa menggubah lagu. Ketika tinggal di Jakarta, pada suatu kali ia membaca sebuah karangan dalam majalah Timbul. Penulis karangan itu menantang ahli-ahli musik Indonesia untuk menciptakan lagu kebangsaan. Maka lahirlah lagu Indonesia raya. Pada malam penutupan kongress pemuda II yang berlangsung tanggal 27-28 Oktober 1928 WR Supratman diberi kesempatan menampilkan lagu Indonesia Raya lewat gesekan biolanya. Kongres tersebut selain melahirkan Sumpah Pemuda juga menetapkan bendera merah putih sebagai bendera nasional. Sejak saat itu bendera merah putih dan lagu Indonesia Raya selalu hadir dalam setiap kongres yang dilakukan partai-partai politik.

Lagu Indonesia Raya juga dinyanyikan secara spontan saat proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 yang kemudian ditetapkan sebagai lagu kebangsaan setelah Indonesia Merdeka. Berdasarkan SK Presiden NO 16/TK/1971, WR Supratman kemudian ditetapkan sebagai pahlawan nasional.

sahabat Rasul

Ali Bin Abi Thalib Biografi


Ali Bin Abi Thalib, Khulafaur Rasyidin, Sahabat RasullullahAli Bin Abi Thalib salah satu tokoh dunia, lahir di Mekkah diperkirakan sekitar tahun 599 masehi. Sahabat dekat nabi, menantu Rasulluloh, juga family Rosul dalam garis keturunan abdul Muthalib. Ali juga satu dari 4 khulafaurasyidin (Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali) yang berperan sebagai pembela nabi, penyebar ajaran Islam dan khalifah Islamiyah sepeninggal Rosululoh SAW.

Nama asli Imam Ali adalah Haydar bin Abu Thalib, putra dari paman Nabi Muhammad SAW. Ibunya bernama Fatimah binti Asad, sedangkan Asad anak dari Hasyim Jadi menjadikan Imam Ali adalah keturunan Hasyim dari garis bapak. Haydar berarti Singa adalah sebuah cita-cita yang diingin abu Thalib kelak Imam Ali akan menjadi petarung sejati di kalangan suku-suku Quraisy. Dikemudian hari Ali memang tumbuh menjadi petarung sejati, tokoh yang disegani suku Quraisy dan panglima perang yang tak kenal rasa takut. Beliau dedikasikan seluruh jiwa,raga dan hidupnya untuk membela, mengembangkan ajaran Islam yang dibawa Rosulluloh Muhammad SAW. Nama Ali adalah pemberian Nabi SAW yang berarti tinggi derajatnya di sisi Alloh SWT.

Ali kemudian dijadikan anak angkat Nabi SAW karena pernikahan beliau dengan Siti Khadijah tidak dikaruniai anak laki-laki sekaligus sebagai wujud terimakasih Nabi SAW kepada pamannya Abu Thalib yang juga pernah mengasuhnya waktu kecil. Konsistensi dan totalitas Ali dalam mendukung dakwah nabi terlihat dari sikapnya sebagai orang yang pertama kali mempercayai wahyu-wahyu Alloh yang diturunkan kepada Nabi SAW. Saat itu usia Ali baru sekitar 10 tahun. Sikap seperti ini sungguh sulit pada masa itu mengingat sudut pandang, pemikiran, dan pengetahuan suku Quraisy yang masih dalam masa kegelapan (jahiliyah). Sikap yang diambil Ali juga bukan tanpa resiko. Cercaan, hinaan bahkan ancaman nyawa selalu mengintai.

Nabi SAW adalah mentor dan guru Imam Ali karena beliau sekaligus menjadi pengasuhnya. Ali memiliki ikatan emosi dan menjadi orang terdekat Nabi SAW hingga akhirnya pada usia dewasa dijadikan menanti Nabi dengan mempersunting Fatimah Al Zahra. Ini terjadi setelah Nabi SAW hijrah ke Madinah. Nabi menimbang Ali yang paling tepat dalam banyak hal seperti Nasab keluarga (Bani Hasyim), Sekaligus orang yang pertama kali mempercayai kenabian Muhammad setelah Khadijah. Selain itu Nabi jelas memahami seluk beluk kebribadian, watak dan karakter Ali.

Sebagian besar ulama sufi (Ahli Tasawuf) menganggap Nabi telah menurunkan pengetahuan dan gemblengan ruhani berupa tasawuf secara khusus hanya diberikan kepada imam Ali. Ini dengan asumsi bahwa untuk ilmu syariat, fiqih, tauhid, dan seputar ibadah memang harus disampaikan secara luas kepada semua orang. Namun untuk ilmu tasawuf hanya diberikan kepada orang-orang istimewa (dalam keimanan dan ilmunya) mengingat tasawuf adalah tataran tertinggi dalam hubungan antara manusia dengan sang pencipta. Gemblengan secara langsung dari nabi SAW, menjadikan Ali seorang pemimpin yang komplit. Cerdas, Berani, Bijaksana dan berpengetahuan luas.

Keberanian Ali terlihat dari kesediannya tidur di kamar Nabi untuk mengecoh orang-orang Quraisy yang berencana membunuh Nabi dan menggagalkan hijrah Nabi . Sku Quraisy pun terkecoh ketika menjelasng subuh ternyata sosok yang tidur di kamar Nabi SAW adalah Ali. Sementara Nabi SAW sudah berangkat menuju Madinah bersama Abu Bakar Syidiq.

Keberanian Ali juga terlihat dari perannya sebagai panglima perang bagi kaum muslimin pada saat berusia 25 tahun. Dalam perang Badar (perang pertama dalam sejarah Islam) Ali dan Hamzah (paman nabi) menjadi pahlawan. Pedang Ali meluluhlantakkan barisan suku Quraisy sehingga perang ini akhirnya dimenangkan kaum muslimin Perang Khandaq juga saksi nyata keberanian Ali bin Abi Thalib ketika memerangi Amar bin Abdi Wud . Dengan satu tebasan pedangnya yang bernama dzulfikar, Amar bin Abdi Wud terbelah menjadi dua bagian. Setelah Perjanjian Hudaibiyah yang memuat perjanjian perdamaian antara kaum Muslimin dengan Yahudi, dikemudian hari Yahudi mengkhianati perjanjian tersebut sehingga pecah perang melawan Yahudi yang bertahan di Benteng Khaibar yang sangat kokoh, biasa disebut dengan perang Khaibar. Ali bin Abi Thalib adalah orang yang mampu menghancurkan benteng Khaibar dan berhasil membunuh Marhab lalu menebasnya dengan sekali pukul hingga terbelah menjadi dua bagian. Semua peperangan Nabi menghadapi kaum kafir selalu diikuti Ali. Dan ia menjadi bagian penting dari setiap peperangan tersebut.

Menjadi khalifah

Peristiwa pembunuhan terhadap Khalifah Utsman bin Affan mengakibatkan kegentingan di seluruh dunia Islam yang waktu itu sudah membentang sampai ke Persia dan Afrika Utara. Pemberontak yang waktu itu menguasai Madinah tidak mempunyai pilihan lain selain Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah, waktu itu Ali berusaha menolak, tetapi Zubair bin Awwam dan Talhah bin Ubaidillah memaksa beliau, sehingga akhirnya Ali menerima bai'at mereka. Menjadikan Ali satu-satunya Khalifah yang dibai'at secara massal, karena khalifah sebelumnya dipilih melalui cara yang berbeda-beda.

Sebagai Khalifah ke-4 yang memerintah selama sekitar 5 tahun. Masa pemerintahannya mewarisi kekacauan yang terjadi saat masa pemerintah Khalifah sebelumnya, Utsman bin Affan. Untuk pertama kalinya perang saudara antara umat Muslim terjadi saat masa pemerintahannya, Perang Jamal. 20.000 pasukan pimpinan Ali melawan 30.000 pasukan pimpinan Zubair bin Awwam, Talhah bin Ubaidillah, dan Ummul mu'minin Aisyah binti Abu Bakar, janda Rasulullah. Perang tersebut dimenangkan oleh pihak Ali.

Peristiwa pembunuhan Khalifah Utsman bin Affan yang menurut berbagai kalangan waktu itu kurang dapat diselesaikan karena fitnah yang sudah terlanjur meluas dan sudah diisyaratkan (akan terjadi) oleh Nabi Muhammad SAW ketika beliau masih hidup, dan diperparah oleh hasutan-hasutan para pembangkang yang ada sejak zaman Utsman bin Affan, menyebabkan perpecahan di kalangan kaum muslim sehingga menyebabkan perang tersebut. Tidak hanya selesai di situ, konflik berkepanjangan terjadi hingga akhir pemerintahannya. Perang Shiffin yang melemahkan kekhalifannya juga berawal dari masalah tersebut.

Ali bin Abi Thalib, seseorang yang memiliki kecakapan dalam bidang militer dan strategi perang, mengalami kesulitan dalam administrasi negara karena kekacauan luar biasa yang ditinggalkan pemerintahan sebelumya. Ia meninggal di usia 63 tahun karena pembunuhan oleh Abdrrahman bin Muljam, seseorang yang berasal dari golongan Khawarij (pembangkang) saat mengimami salat subuh di masjid Kufah, pada tanggal 19 Ramadhan, dan Ali menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 21 Ramadhan tahun 40 Hijriyah. Ali dikuburkan secara rahasia di Najaf.

inspirasi Dr.Muwardi

Dr Muwardi Biografi


Dr Muwardi, PKI, PKI Madiun, PahlawanDr Muwardi adalah seorang dokter lulusan Scool Tot Opleding Voor Indische (STOVA). Lulus dari sekolah dokter tersebut ia kembali memperdalam ilmunya dengan mengambil spesialis Telinga, Hidung, dan Tenggorokan (THT). Selain aktif di organisasi jong java, Muwardi juga aktif di kepanduan dan pernah menjadi pemimpin umum pandu kebangsaan (Kepanduan Bangsa Indonesia).

Dokter Muwardi memiliki peran penting pada saat - saat menjelang dikumandangkanya proklamasi kemerdekaan republik indonesia. ketikan itu ia sudah menjadi ketua barisan pelopor untuk seluruh jawa. Tanggal 16 Agustus 1945, ia memerintahkan Barisan pelopor untuk menjaga lapangan ikada (Sekarang lapangan Monas) yang rencananya akan digunakan tempat pembacaan teks proklamasi, usai proklamasi, barisan pelopor istimewa juga dibentuk muwardi untuk menjaga rumah presiden dan wakil presiden Soekarno-Hatta.

namun akhirnya dokter muwardi merasa perlu memindahkan barisan pelopor ke solo pada awal tahun 1946 dan merubah namanya menjadi barisan banteng. pertimbangannya, situasi di jakarta ketika itu sudah semakin memanas dan tugas barisan pelopor sudah dapat diambil alih oleh tentara keamanan rakyat (TKR).

Di solo, dr. Muwardi mendirikan sekolah kedokteran dan membentuk gerakan rakyat untuk melawan aksi-aksi brutal PKI. PKI Terkenal sangat kejam dan tidak segan-segan menyingkirkan lawan-lawan politiknya dengan cara membunuh. akhirnya PKI melakukan pemberontakan di madiun pada tanggal 11 september 1948 dan di solo pada tanggal 13 september 1948. ketika itu PKI melakukan serangkaian penculikan dan pembunuhan. Dr, Muwardi turut menjadi korban kebiadaban PKI tersebut, ia diculik dan di bunuh pada saat akan pergi menjalankan praktik sebagai dokter di rumah sakit Jebres.

Titiek Puspa

Titiek Puspa Biografi


Titiek Puspa, Biografi Artis, Biografi PenyanyiTitiek Puspa, yang mempunyai nama asli Sudarwati yang diubah menjadi Kadarwati dan terakhir diubah menjadi Sumarti lahir di Tanjung, Tabalong, Kalimantan Selatan, 1 November 1937. Nama "Titiek Puspa" diambil dari Titiek yang merupakan nama panggilannya sehari-hari dan Puspa dari 'Puspo' nama bapaknya. Nama ini pula yang diambil untuk nama orkes pengiringnya "PUSPA SARI" yang dipimpinnya sendiri dan mengiringinya menyanyi di awal kariernya.

Awal karier bernyanyinya dimulai di Semarang, kota di mana Titiek Puspa yang kini disebut sebagai diva legendaris oleh Majalah Wanita KARTINI, mengikuti kontes menyanyi "Bintang Radio". Tidak hanya sampai di bidang menyanyi saja, 'eyang Titik' juga menunjukan totalitasnya dalam menggarap beberapa operet yang sempat sangat disukai pemirsa TVRI, seperti operet bawang Merah Bawang Putih,Ketupat Lebaran, Kartini Manusiawi Kartini dan Ronce-ronce.

Rekaman piringan hitamnya yang pertama dengan label GEMBIRA, berisi lagu Di Sudut Bibirmu, Esok Malam Kau Kujelang, dan duet bersama Tuty Daulay dalam lagu Indada Siririton, iringan musik Empat Sekawan Sariman. Pada pertengahan 1960, Titiek Puspa sempat menjadi penyanyi tetap pada Orkes Studio Jakarta. Saat itu Titiek Puspa banyak mendapat bimbingan dari Iskandar (pencipta lagu dan pemimpin orkes) dan Zainal Ardi (suaminya sendiri seorang announcer Radio Republik Indonesia Jakarta). Sebagai penyanyi yang mulai menanjak popularitasnya, Titiek belum menciptakan banyak lagu dalam albumnya, lagu-lagunya banyak diciptakan misalnya oleh Iskandar, Mus Mualim, ada juga Wedasmara.

Barulah pada album Si Hitam dan Pita (1963) yang berisi 12 lagu tiap albumnya semuanya adalah ciptaannya sendiri dan menjadi populer saat itu, selain itu juga album Doa Ibu berisi 12 lagu, 11 lagu adalah ciptaannya dengan 1 lagu ciptaan Mus Mualim. Dari album Si Hitam, lagu yang semakin memopulerkan namanya adalah Si Hitam, Tinggalkan, Aku dan Asmara. Bisa juga dikatakan bahwa bersama album Si Hitam, album Doa Ibu adalah album yang legendaris karena berisi lagu-lagu Minah Gadis Dusun, Pantang Mundur, yang semakin menancapkan Titiek Puspa sebagai penyanyi dan pencipta lagu Indonesia yang baik.



Untuk memperingati ulang tahunnya yang ke-70, Titiek menggelar konser bertajuk Karya Abadi Sang Legenda: 70 Tahun Titiek Puspa. Konser ini ditujukan sebagai perwujudan rasa terima kasih Titiek Puspa kepada semua yang terlibat dan pernah bekerja sama dengan Titiek Puspa terhadap negeri ini, khususnya terima kasih tak terhingga untuk penonton dan penggemar Titiek Puspa. Konser yang diriingi musisi Dian HP Orchestra dengan melibatkanAri Lasso, Andi /rif, 3 Diva (KD, Titi DJ, Ruth Sahanaya), Melly Goeslaw, Vina Panduwinata, Pinkan Mambo, Yovie Widianto, Hedi Yunus, Kevin Aprilio, Rio Febrian, Delon Thamrin, Bob Tutupoly, Dewi Sandra, Emilia Contessa, Marini, Euis Darliah, Elvy Sukaesih, Inul Daratista, Warna, Project Pop, Gita Gutawa, artis Mamma Mia, dan Host Ringgo Agus Rahman, Daniel Mananta, dan Tamara Bleszynski, turut pula disaksikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono beserta menteri, pejabat negara, dan mantan pejabat negara.

biografi sutan syahrir

Sutan Syahrir Biografi


Sutan SyahrirSutan Syahrir adalah nama populer dalam sejarah perjuangan bangsa. Ia sosok yang cerdas, intelektual muda, jurnalis handal, diplomat, aktivis politik, perdana menteri termuda di dunia, seorang sosialis sejati, revolusioner tetapi anti kekerasan. Namanya akan tetap terukir sebagai salah satu tokoh penggagas sumpah pemuda, perencana proklamasi kemerdekaan RI dan arsitek perubahan Kabinet Presidensil menjadi Kabinet Parlementer.


Nama
Sutan Syahrir
Tanggal Lahir
5 Maret 1909
Tempat lahir
Padang Panjang, Sumatera Barat
Orang tua
Mohammad Rasad gelar Maharaja Soetan bin Soetan Leman gelar Soetan Palindih dan Puti Siti Rabiah
Meninggal
Zürich, Swiss, 9 April 1966
Makam
TMP KalibataJakarta
Pendidikan
Sekolah Dasar (ELS)

Sekolah Menengah (MULO) Medan (1926)

Sekolah Lanjutan Atas (AMS) di Bandung

Fakultas Hukum, Universitas Amsterdam.
Aktivitas selama menjadi pelajar dan mahasiswa
  1. Bergabung dalam Himpunan Teater Mahasiswa Indonesia (Batovis) sebagai sutradara, penulis skenario, dan juga aktor
  2. Pemimpin redaksi majalah himpunan pemuda nasionalis
  3. Mendirikan sekolah untuk rakyat tidak mampu, Tjahja Volksuniversiteit, Cahaya Universitas Rakyat
  4. aktif dalam Perhimpunan Indonesia (PI)
Aktivitas Politik
  1. Ketua Partai Nasional Indonesia (PNI Baru) (1932)
  2. Penggagas Sumpah Pemuda tahun1928
  3. Ketua Kongres Kaum Buruh Indonesia. (Mei 1933)
  4. Perdana Menteri pertama di Indonesia (14 November 1945 hingga20 Juni 1947)
  5. mendirikan Partai Sosialis Indonesia tahun 1948
  6. Pendiri himpunan pemuda nasionalis, Jong Indonesië
  7. Negosiator dalam perundingan Linggarjati
  8. Duta Besar Keliling (Ambassador-at-Large) Republik Indonesia
Karya
  1. Pikiran dan Perjuangan, tahun 1950 (kumpulan karangan dari Majalah ”Daulat Rakyat” dan majalah-majalah lain, tahun 1931 – 1940)
  2. Pergerakan Sekerja, tahun 1933
  3. Perjuangan Kita, tahun 1945
  4. Indonesische Overpeinzingen, tahun 1946 (kumpulan surat-surat dan karangan-karangan dari penjara Cipinang dan tempat pembuangan di Digul dan Banda-Neira, dari tahun 1934 sampau 1938)
  5. Renungan Indonesia, tahun 1951 (diterjemahkan dari Bahasa Belanda: Indonesische Overpeinzingen oleh HB Yassin)
  6. Out of Exile, tahun 1949 (terjemahan dari ”Indonesische Overpeinzingen” oleh Charles Wolf Jr. dengan dibubuhi bagian ke-2 karangan Sutan Sjahrir)
  7. Renungan dan Perjuangan, tahun 1990 (terjemahan HB Yassin dari Indonesische Overpeinzingen dan Bagian II Out of Exile)
  8. Sosialisme dan Marxisme, tahun 1967 (kumpulan karangan dari majalah “Suara Sosialis” tahun 1952 – 1953)
  9. Nasionalisme dan Internasionalisme, tahun 1953 (pidato yang diucapkan pada Asian Socialist Conference di Rangoon, tahun 1953)
  10. Karangan–karangan dalam "Sikap", "Suara Sosialis" dan majalah–majalah lain
  11. Sosialisme Indonesia Pembangunan, tahun 1983 (kumpulan tulisan Sutan Sjahrir diterbitkan oleh Leppenas)
  
Kiprah Perjuangan Sutan Syahrir

Sutan Sayahrir terjun dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia sejak dalam masa pendidikan AMS di Bandung. Setelah itu perjuangannya berlanjut ketika menjadi mahasiswa di Belanda. Ia merupakan tokoh yang berhaluan sosialis. Syahrir aktif dalam organisasi Perhimpunan Indonesia yang dipimpin oleh Mohammad Hatta. Bersama Hatta, keduanya rajin menulis di Daulat Rakjat, majalah milik Pendidikan Nasional Indonesia, dan memisikan pendidikan rakyat harus menjadi tugas utama pemimpin politik.

Tahun 1931, Syahrir kembali ke tanah air dan terjun dalam pergerakan nasional. Syahrir bergabung dalam organisasi Partai Nasional Indonesia (PNI Baru). Ia kemudian menjadi ketua pada bulan Juni 1932. Bersama Hatta, Syahrir mengemudikan PNI Baru sebagai organisasi pencetak kader-kader pergerakan. Pemerintahan kolonial Belanda menganggap gerakan politik Hatta dan Syahrir dalam PNI Baru justru lebih radikal dibandingSoekarno dengan PNI-nya yang mengandalkan mobilisasi massa. Meski tanpa aksi massa dan agitasi; secara cerdas, lamban namun pasti, PNI Baru mendidik kader-kader pergerakan yang siap bergerak ke arah tujuan revolusionernya. Ia juga dekat dengan kaum buruh sehingga pada bulan Mei 1933 ia di tunjuk menjadi Ketua Kongres Kaum Buruh Indonesia. Pada Februari 1934 pemerintah kolonial Belanda menangkap, memenjarakan, kemudian membuang Syahrir, Hatta, dan beberapa pemimpin PNI Baru ke Boven-Digoel. Hampir setahun dalam kawasan malaria di Papua itu, Hatta dan Syahrir dipindahkan ke Bandaneira untuk menjalani masa pembuangan selama enam tahun.

Pada masa pendudukan Jepang terjadi perbedaan pandangan antara Soekarno dengan Syahrir. Soekarno dan Hatta lebih bersifat kooperatif dengan pemerintah Jepang, sementara Syahrir membangun jaringan gerakan bawah tanah anti-fasis. Syahrir yakin Jepang tak mungkin memenangkan perang, oleh karena itu, kaum pergerakan mesti menyiapkan diri untuk merebut kemerdekaan di saat yang tepat. Simpul-simpul jaringan gerakan bawah tanah kelompok Syahrir adalah kader-kader PNI Baru yang tetap meneruskan pergerakan dan kader-kader muda yakni para mahasiswa progresif.

Ketika Jepang kalah dalam Perang dunia II, Syahrir yang didukung para pemuda mendesak Soekarno dan Hatta untuk memproklamasikan kemerdekaan pada 15 Agustus. Syahrir siap dengan massa gerakan bawah tanah untuk melancarkan aksi perebutan kekuasaan sebagai simbol dukungan rakyat. Soekarno dan Hatta berpandangan bahwa sesuai prosedur lewat keputusan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang dibentuk oleh Jepang. Sesuai rencana PPKI, kemerdekaan akan diproklamasikan pada 24 September 1945. Perbedaan ini menyebabkan terjadinya peristiwa Rengasdengklok (peristiwa penculikan Soekarno oleh para pemuda). Akibat peristiwa ini Akhirnya, Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945.

Di masa revolusi, Syahrir menulis Perjuangan Kita. Sebuah risalah peta persoalan dalam revolusi Indonesia, sekaligus analisis ekonomi-politik dunia usai Perang Dunia II. Perjungan Kita muncul menyentak kesadaran. Risalah itu ibarat pedoman dan peta guna mengemudikan kapal Republik Indonesia di tengah badai revolusi. Tulisan-tulisan Syahrir dalam Perjuangan Kita, membuatnya tampak berseberangan dan menyerang Soekarno. Bulan November ’45 Syahrir didukung pemuda dan ditunjuk Soekarno menjadi formatur kabinet parlementer. Pada usia 36 tahun, Ia memulai memperjuangkan kedaulatan Republik Indonesia, sebagai Perdana Menteri termuda di dunia, merangkap Menteri Luar Negeri dan Menteri Dalam Negeri.

Ketika menjabat Perdana Menteri, Ia pernah diculik oleh sekelompok orang yang tidak puas dengan diplomasi yang dilakukan oleh pemerintahan Kabinet Sjahrir II dengan pemerintah Belanda yang menyebabkan kekuasaan Indonesia hanya meliputi Jawa dan Madura. Penculikan tersebut pada 26 Juni 1946. Kelompok penculik disinyalir di pimpin Mayor Jendral Soedarsono dan 14 pimpinan sipil, di antaranya Tan Malaka dari Partai Komunis Indonesia. Perdana Menteri Sjahrir ditahan di suatu rumah peristirahatan di Paras. Tanggal 3 Juli 1946, Mayjen Soedarsono dan pimpinan pemberontak berhasil dilucuti senjatanya dan ditangkap di dekat Istana Presiden di Yogyakarta oleh pasukan pengawal presiden. Peristiwa ini lalu dikenal sebagai pemberontakan 3 Juli 1946 yang gagal. Tanggal 2 Oktober 1946, Presiden menunjuk kembali Syahrir sebagai Perdana Menteri agar dapat melanjutkan Perundingan Linggarjati yang akhirnya ditandatangani pada 15 November 1946.
Meski jatuh-bangun akibat berbagai tentangan di kalangan bangsa sendiri, Kabinet Sjahrir I, Kabinet Sjahrir II sampai dengan Kabinet Sjahrir III (1945 hingga 1947) konsisten memperjuangkan kedaulatan RI lewat jalur diplomasi. Syahrir tak ingin konyol menghadapi tentara sekutu yang dari segi persenjataan jelas jauh lebih canggih. Diplomasinya kemudian berbuah kemenangan sementara. Inggris sebagai komando tentara sekutu untuk wilayah Asia Tenggara mendesak Belanda untuk duduk berunding dengan pemerintah republik. Secara politik, hal ini berarti secara de facto sekutu mengakui eksistensi pemerintah RI.

Jalan berliku diplomasi diperkeruh dengan gempuran aksi militer Belanda pada 21 Juli 1947. Aksi Belanda tersebut justru mengantarkan Indonesia ke forum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Setelah tidak lagi menjabat Perdana Menteri (Kabinet Sjahrir III), Syahrir diutus menjadi perwakilan Indonesia di PBB. Dengan bantuan Biju Patnaik, Syahrir bersama Agus Salim berangkat ke Lake Success, New York melalui New Delhi dan Kairo untuk menggalang dukungan India dan Mesir.

Pada 14 Agustus 1947 Syahrir berpidato di muka sidang Dewan Keamanan PBB. Berhadapan dengan para wakil bangsa-bangsa sedunia, Syahrir mengurai Indonesia sebagai sebuah bangsa yang berabad-abad berperadaban aksara lantas dieksploitasi oleh kaum kolonial. Kemudian, secara piawai Syahrir mematahkan satu per satu argumen yang sudah disampaikan wakil Belanda, Eelco van Kleffens. Dengan itu, Indonesia berhasil merebut kedudukan sebagai sebuah bangsa yang memperjuangan kedaulatannya di gelanggang internasional. PBB pun turut campur, sehingga Belanda gagal mempertahankan upayanya untuk menjadikan pertikaian Indonesia-Belanda sebagai persoalan yang semata-mata urusan dalam negerinya.

Van Kleffens dianggap gagal membawa kepentingan Belanda dalam sidang Dewan Keamanan PBB. Berbagai kalangan Belanda menilai kegagalan itu sebagai kekalahan seorang diplomat ulung yang berpengalaman di gelanggang internasional dengan seorang diplomat muda dari negeri yang baru saja lahir. Van Kleffens pun ditarik dari posisi sebagai wakil Belanda di PBB menjadi duta besar Belanda di Turki. Syahrir populer di kalangan para wartawan yang meliput sidang Dewan Keamanan PBB, terutama wartawan-wartawan yang berada di Indonesia semasa revolusi. Beberapa surat kabar menamakan Syahrir sebagai The Smiling Diplomat. Syahrir mewakili Indonesia di PBB selama 1 bulan, dalam 2 kali sidang. Pimpinan delegasi Indonesia selanjutnya diwakili oleh Lambertus Nicodemus Palar (L.N.) Palar sampai tahun 1950. 

Tahun 1955 PSI gagal mengumpulkan suara dalam pemilihan umum pertama di Indonesia. Setelah kasus PRRI tahun 1958 hubungan Sutan Syahrir dan Presiden Soekarno memburuk sampai akhirnya PSI dibubarkan tahun 1960. Tahun 1962 hingga 1965, Syahrir ditangkap dan dipenjarakan tanpa diadili sampai menderita stroke. Setelah itu Syahrir diijinkan untuk berobat ke Zürich Swis, salah seorang kawan dekat yang pernah menjabat wakil ketua PSI Sugondo Djojopuspito menghantarkan beliau di Bandara Kemayoran dan Syahrir memeluk Sugondo degan air mata, dan akhirnya meninggal di Swiss pada tanggal 9 April 1966.

Kutipan Buku Tempo dulu

 kutipan dari sebuah buku Sudijono Djojoprajitmo yang berjudul
 "DEMOKRASI KITA ala HATTA Dalam Teori & Praktek"

Dalah halaman 2 Bab I Pendahuluan
 pernah dalam satu pertemuan yang membicarakan calon pengganti perdana menteri setelah mundurnya Kabinet Sutan Syahrir, terkait Program Persatuan Perjuangan terjadi Perdebatan Sengit. Hatta ngotot dan berkata :
        "Apakah saudara-saudara dari Persatuan Perjuangan tidak tahu bahwa dengan penyitaan seperti yang dimaksud pada point 6 dan 7 minimum Program, semua kaum imprealisme di dunia ini akan bersatu menhantam Republik "?


Khairul saleh segera hadir segera berdiri dan menjawab :
         "Apakah saudara Hatta tidak insyaf, bahwa dengan proklamasi kemerdekaan, kita sudah tentu akan berhadapan dengan semua Imprealisme dunia, terutama imprealisme Belanda"



Hatta tidak menjawab,biasanya suatu diskusi dengan Dr.Hatta jarang terjadi seperti itu,dan Dr.hatta tetap memberikan kata akhir (penyelesaian), kartu truf selalu ditangannya. Tapi kali ini tidak.
 

Tan Malaka berkomentar "memangnya sukar dijawab tentang itu.



 Dan dalam sidang KNIP di Malang yang membahas Perjanjian LInggarjati yang ditolak oleh sidang untuk disyahkan,walaupun sudah ditempuh dengan cara menambah jumlah anggota KNIP ( Pilihan Dwi Tunggal Soekarno - Hatta ), tapi tetap saja tidak mencapai qorum untuk disyahkan. 
"ketika itu Dr.Hatta berkata : "Kalau tetap tidak setuju, kami (Soekarno-Hatta) akan mundur, silahkan pilih Presiden dan Wakil Presiden yang lain.


Sebenarnya Maklumat 1 November maupun penambahan anggota KNIP dan apa yg dilakukan Dr.Hatta adalah tindakan Darurat, yang sebenarnya juga adalah Diktatur. Saya tidak menyalahkan Diktatur itu (sahut Sudijono Djojoprajitmo dalam tulisannya), tetapi diktatur diktatur Hatta adalah Kontra Produktif, karena dia mendiktatori, karena dia mendiktatori kekuatan pendukung revolusi dan tindakan revolusioner pemuda dan rakyat berjuang.

dalam sudut pandang praktek demokrasi ala Dr.Hatta ini Sudijono Djojoprajitmo menamakan "Demokrasi revolusi"


Senin, 05 November 2012

Misteri Kematian Tan Malaka

JAKARTA - Keberadaan makam dan penyebab kematian Sutan Ibrahim atau Datuk Tan Malaka, menjadi polemik selama 30 tahun. Tan Malaka hilang seperti ditelan bumi dan tak tentu rimbanya sejak Februari 1949 silam.

Namun, misteri ini segera terkuak menyusul pembongkaran makam yang diduga berisi jasad Tan Malaka di Desa Selopanggung, Kecamatan Semen, Kediri, Jawa Timur oleh tim forensik RSCM, Sabtu 12 September kemarin, sesuai petunjuk seorang sejarawan Belanda Harry A Poeze.

Harry, menyimpulkan bahwa Tan Malaka ditembak mati pada 21 Februari 1949 atas perintah Letda Soekotjo dari Batalyon Sikatan, Divisi Brawijaya.

Eksekusi ini diawali pada 1949, saat markas Tan Malaka di Pace, Jawa Timur disergap oleh Tentara Republik Indonesia (sekarang TNI). Pasukan ini urung menangkap pria yang tidak meninggalkan keturunan ini, karena ditarik mundur untuk menghalau Belanda yang melakukan penyerangan dari utara. Tan Malaka dan 60 orang pengikutnya dibebaskan.

Tokoh kontroversial ini bersama pengikutnya melarikan diri ke selatan Jawa Timur. Namun dalam perjalanan, mereka ditembaki oleh sekelompok bersenjata. Tan Malaka selanjutnya membagi rombongan menjadi empat kelompok. Dirinya dan empat orang pengikutnya pergi ke kawasan Tulung Agung, mengharapkan masih ada batalyon tentara di sana yang masih bersimpati pada mereka. Setelah dua hari berjalan, mereka tiba-tiba disergap di suatu desa kecil bernama Selo Panggung. Tan Malaka pun di tembak mati di tempat ini.


Versi Kematian Tan Malaka


Mengungkap misteri sebab kematian pahlawan nasional Tan Malaka, memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Saat melakukan penelitian, sejarawan Belanda Harry A Poeze harus dihadapkan dengan berbagai versi cerita, sedikitnya ada lima versi yang mengungkap kematian Che Guevara-nya Indonesia ini.

"Banyak sekali, bahkan ada tukang bengkel di Surabaya yang mengaku-ngaku sebagai penembak Tan Malaka," jelas Penulis buku "Filosofi Negara Menurut Tan Malaka", Hasan Nasbi.


Namun, dari dari berbagai versi itu, dalam bukunya Harry Poeze menyebut Tan Malaka dibunuh dengan ditembak. Ini adalah versi Sukarna, seorang pengawal Tan�Malaka yang berhasil kabur dari tahanan. Dia sempat menceritakan kembali kepada Jamalludin Tamim, salah satu pengikut Tan Malaka sewaktu di Bangkok.


Sempat pula beredar beredar kabar, Tan Malaka ditembak dan dibuang ke kali Brantas, namun setelah ditelusuri oleh Harry Poeze, ternyata setelah ditembak, Tan Malaka kemudian dikuburkan di Desa Selopanggung, Kecamatan Semen Kediri, Jawa Timur.


Upaya penggalian makam Tan Malaka pun sejatinya sudah dimulai sejak Peringatan 112 tahun kelahirannya serta 60 tahun hilangnya Tan Malaka awal tahun ini. Rencananya, keponakan Tan Malaka, Zulfikar Kamarudin, yang akan memimpin langsung tim untuk membongkar makam yang ditemukan oleh Harry A Poeze ini pada 12 Maret lalu, namun karena terkendala proses administrasi, proses penggalian ini gagal.


Sekadar diketahui, Tan Malaka merupakan salah satu pejuang revolusioner beraliran kiri nasionalis. Dia lahir di Pandan Gadang, Suliki, Sumatera Barat, pada 2 Juni 1897. Selama hidupnya dia pernah aktif di Partai Komunis Indonesia dan menjabat wakil Komintern di Asia yang berkedudukan di Canton. Pendiri partai Murba ini kemudian ditetapkan sebagai pahlawan kemerdekaan Nasional berdasarkan keputusan Presiden RI No. 53, yang ditandatangani Presiden Sukarno pada 28 Maret 1963. Sayang, pada Era pemerintahan Suharto, nama Tan Malaka terkesan dilupakan atau bahkan sengaja dibedakan dengan pahlawan nasional lainnya.(mir)�

  (ded)



jadi pertanyaannya sekarang adalah :
1. apakah benar, tan malaka telah tiada ????
2. apakah benar begitu tragis cerita tan malaka ???
3. apakah benar tan malaka dikategorikan pahlawan ???
4. dan kapan gelar kehormatan  akan diberikan kepada tan malaka ???

buka mata hati kalian semua wahai saudara ku, dan renungkan jawabannya..
setelah menemukan jawabannya maka, jawablah.....
 

sepatah kebenaran

     Selamat datang di dunia pengungkap kebenaran Fakta yang belum terungkap dari tahun ke tahun. dalam hal ini kita bersama berani bicara tentang apa itu kebenaran yang hakiki... dan kita berani mengungkap semua cerita yang belum terungkap dimasa lampau atau masa yang sekarang.

      Untuk itu kita yakinkan diri kalau kita bersama bisa, kita bersama mampu, dan kita bersama bersatu menggalang persatuan ke arah demokrasi yang sesungguhnya. marilah eratkan hati menumpas segala sesuatu yang belum tentu kita tahu akan kebenarannya. karena yang salah belum tentu salah dan benar juga belum tentu benar.

      Untuk itu "Indonesia Berani Mengungkap Fakta" hadir dihadapan kita bersama. dimana disini adalah tempat dimana kebenaran dan cerita yang semula hanyalah abu-abu akan di hitam atau di merahkan.

sebuah simbol diatas adalah dimana begitu banyak kegelapan yang akan kita terangi dengan cahaya walaupun sedikit cahaya namun mampu menerangi segalanya. Begitu juga dengan kebenaran, walaupun banyak kebohongan, akan tetap terungkap dengan sebuah kebenaran walaupun terhalang akan suara-suara kegelapan. Tidak selamanya gelap itu menakutkan, dan tidak selamanya kejahatan berkuasa dimuka bumi.
kebenaran..
ya,kebenaran...
itulah jawabannya,,,,